Cerita ini terinspirasi dari kelas filsafat untuk bidang
ekonomi yang saya ikuti semester lalu. Siang hari itu kami membahas mengenai pekerjaan.
Materi yang disampaikan Sang Dosen menggelitik telinga, jantung, perut, dan
hati. Memang, materi tersebut berasal dari pemikiran-pemikiran tokoh tenar terdahulu yang disusun kedalam buku kuliah
kami. Tetapi, kali ini ditambah dengan cara penyampaian yang kokoh –jujur saya bingung
memilih kata yang tepat, entah mengapa bagi saya citra “kokoh” itu sangat
melekat pada beliau – kalimat-kalimat yang dilontarkannya seperti merangkum
perenugan dan pengalaman yang saya rasakan. Lalu apa hubungannya filsafat
ekonomi dengah kue? Mari kita hubungkan.. :)
Sejak lama saya gemar membuat kue dan memasak. Mencoba meramu
bahan-bahan dan saat dengan sengaja -tanpa disengaja masakan itu tercipta, saya
bahkan bingung mau menamainya apa. Kami menyantapnya bersama keluarga dan teman-teman
yang bersedia meluangkan waktu dan indra
pengecapnya. Mereka pun menyukai kreasi-kreasi tersebut. Lambat-laun hobi
tersebut bisa mendatangkan pemasukan bagi saya atau bisa dibilang mulai menjadi
“pekerjaan” yang membahagiakan..
Lalu apa kalimat yang disampaikan oleh dosen saya itu? Mari kita
simak..
“...hasil pekerjaan
kita memenuhi kebutuhan orang lain.
Pekerjaan kita
membuat orang lain gembira,
sebaliknya karena dia gembira dan menghargai
pekerjaan kita,
kita menjadi merasa diakui olehnya.
Kita menjadi merasa berarti karena tahu kita berarti bagi
orang lain.
Karena itu, andai struktur masyarakat mengizinkan,
kita
sebenarnya lebih senang menghadiahkan hasil kerja kita kepada orang lain
daripada menjualnya.
Kita merasa terhormat apabila hasil kerja kita diterima oleh
orang lain..”
Kini, mari kita mulai berbagi cerita dalam “Kue Untuk Kamu”!
Salam :)
Kue yang saya kreasikan untuk ulang tahun Papa :D